Sabtu, 12 April 2008

Mencari Peluang Pebisnis

Berhasil menjadi pebisnis kaliber dunia, ini baru namanya karir. Mengapa demikian? Karena sejak minyak jatuh harganya, maka ekspor nonmigas dipacu, sehingga pihak swasta memperoleh kesempatan emas berspektrum luas, untuk kiprah di arena internasional.
Pakar ekonomi bahkan berani meramalkan, bahwa mereka yang berhasil memanfaatkan momentum ekspor ini akan menjadi elite baru yang terpandang di masyarakat dalam dekade mendatang.
Mulai dari manaSebaiknya mulai dari mana, itulah pertanyaan yang timbul di kalangan peminat. Penulis ingin rasanya ikut memanfaatkan peluang ini, namun boro – boro ekspor, bisnis saja belum merasa becus.Ingin belajar bisnis, dimana sekolahnya? Ingin mewarisi kepiawaian bisnis dari orang tua, malah dianjurkan jadipejabat saja yang kelihatan enak. Ingin menimba pengalaman dari PMA atau PMDN, malah dibentuk jadi karyawan yang serba tergantung pada atasan, kolega maupun bawahan. Padahal pebisnis itu konon mesti bisa mandiri, kalau mau berhasil.Mulai dengan nyaliNyali, inilah awal karir bisnis. Punya nyali besar berarti berani menghadapi tantangan, hambatan, kekurangan, kesulitan, risiko dan masih segudang lagi hal yang tidak menyenangkan. Seorang pebisnis berani menghadapi semua ini karena punya nyali ganda. Yang pertama adalah agresivitas untuk menggebrak pasar, sedangkan yang kedua adalah keberanian untuk menanggung resiko gagal.Tanpa agresivitas, menawarkan barang atau jasa pun tak akan berani. Tanpa agresivitas, tak akan berani bersaing. Dan tanpa berani gagal, kapan akan mulai bisnis ke luar rumah, ke luar daerah, ke luar negeri?Orientasi ke PasarBila nyali telah siap tempur masih diperlukan orientasi, supaya tidak ngawur. Diperlukan pandangan tajam. Untuk memilih barang atau jasa apa yang akan di bisniskan.Pebisnis punya pandangan yang jauh lebih jeli daripada orang biasa, karena pebisnis punya visi ganda. Mampu melihat barang bisnisan dari dua sisi. Dari sisi pembeli, maupun dari sisinya sendiri. Mengapa demikian? Karena kemampuan inilah yang akan menghasilkan peluang bisnis.Komoditi bisa sama, namun maknanya bagi si pengekspor berbeda dengan makna bagi si pengimpor. Indonesia mengekspor komoditi primer. Karena merasa punya kekayaan alam yang dapat dijual guna memperoleh devisa, untuk mengimpor hasil industri dari negara maju. Sebaliknya, negara maju mengimpornya sebagai bahan baku, bukan sebagai komoditi primer, atau kekayaan alam. Contoh lain, untuk menembus pasar negara maju dengan hasil industri kelihatannya mustahil, karena tekhnologi Indonesia kalah. Tetapi ternyata bisa. Rupanya, tingkat efissiensi negara maju begitu tinggi, sehingga negara tersebut kurang berminat untuk memproduksi sesuatu secara kurang effisien. Bila Indonesia mau dan mampu, silakan. Maka jadilah Indonesia mengekspor komponen pesawat udara ke AS dan alat pencetak bodi mobil ke Jepang. Indonesia perlu devisa dan alih tekhnology, negara maju perlu effisiensi.Sarung tangan karet dan kondom di ekspor Indonesia karena negara kita menguasai bahan baku dan proses pengolahannya. Barang – barang tersebut diimpor oleh AS sebagai upaya menanggulangi penyakit AIDS. Indonesia mengekspor peralatan pertanian yang sederhana, karena mempunyai baru segitu. Ternyata ini diimpor oleh beberapa negara berkembang, negara berkembang, yang terkesan oleh sukses Indonesia ber swa sembada beras, sebagai barang modal yang bertekhnologi tepat guna.Hubungan BisnisBila nyali besar dan kemampuan orientasi tajam, hubungan bisnis tambah meningkatkan peluang untuk berhasil. Justru melalui kontak kontak ini informasi tentang pasar dan orientasi pada kebutuhan pembeli semakin memadai, semakin berdaya guna.Di satu pihak, pebisnis berhubungan dengan pemasok bahan baku atau barang modal atau sekedar mata dagangan. Di pihak lain, ia berhubungan dengan pembeli, pengimpor atau konsumen.Di satu pihak menawar dan membeli, di lain pihak menawarkan dan menjual. Mengimpor mata dagangan, untuk diekspor lagi dan seterusnya. Maka energinya pun dipusatkan pada kegiatan menekan dan mendorong. Menekan harga pembelian dan mendorong harga penjualan. Pokoknya, segala sesuatunya serba ganda. Dari situlah ia memperoleh laba, yaitu sisa hasil usaha setelah dipotong biaya-biaya. Makin kuat ia menekan, makin kuat ia mendorong dan makin efisien ia beroperasi, makin besar labanya.Pebisnis yang nakal dan serakah bahkan berusaha memperbesar lagi labanya dengan pembukuan yang juga ganda. Tetapi ini melanggar hukum karena menggelapkan laba kena pajak merugikan negara yang telah memberikan pelayanan umum kepadanya sehingga bisa kiprah di pasar domestik maupun pasar ekspor.
Hubungan dipeliharaHubungan bisnis yang telah terjalin perlu dipelihara, sehingga hasil yang dipetik berkesinambungan. Oleh karena itu, para pebisnis biasanya ramah, murah senyum dan selalu sopan santun. Walau hatinya, sedih, entah karena belum dapat penglaris, atau karena ditawar murah murah, pebisnis yang baik akan tetap tersenyum. Juga kalau terpaksa bercapai capai menyortir produk yang rusak demi menjaga mutu, ia akan tetap tersenyum. Walau harus senewen berdisiplin menepati waktu, senyum tetap dipasang.Pokoknya seperti politik bebas aktif. Tak pandang agama, suku, ras, ideologi atau golongan terhadap semua relasi selalu sopan santun dan tersenyum. Yang dipegang cuma satu, yaitu kepentingan pebisnis memetik laba. Laba ini pun dalam arti luas. Bukan sekedar keuntungan sesaat berupa duit, melainkan juga segala sesuatu yang menguntungkan untuk selanjutnya, bagi usaha bisnisannya.
Hasil ditanam kembaliHasil dari jerih payah tersebut oleh pebisnis yang baik biasa bukan difoya foyakan, melainkan digunakan untuk kebutuhan konsumsi keluarganya dan selebihnya ia tanam kembali. Maksudnya dijadikan barang modal / bisnisan lagi untuk memperbesar modalnya. Dengan demikian usahanya akan berkembang. Hasil yang dipetik pun semakin banyak.Bila seorang pebisnis mulai berusaha tanpa punya modal bagaimana? Modal sebenarnya bisa datang sendiri, bila ada peluang bisnis, sebab tak semua pebisnis punya modal awal sendiri. Ada yang pinjam dari dulu dari sanak saudara, dari teman, dari lembaga keuangan dan sebagainya. Ada pula yang pinjam barang bisnisan dulu, misalnya dari pabrik yang memberikan kemudahan konsinyasi, titip barang dulu untuk dijualkan. Atau, kalau memang tidak ada kesempatan seperti itu, seorang calon pebisnis yang punya nyali, orientasi dan relasi, akan selalu dapat memulai usahanya dengan bertindak sebagai perantara yang mendapatkan komisi dari hasil jerih payahnya. Atau, bisnis otak dan tenaga.Jadi punya modal atau tidak bukanlah merupakan faktor penentu seorang pebisnis akan berhasil atau tidak. Di samping nyali, orientasi, dan relasi, faktor faktor lainyang akan menunjang adalah sifat sifat baik yang ada pada dirinya sendiri. Yaitu rajin, hemat, ulet, teliti, tepat waktu, tidak gengsi-gengsian, sopan santun dan murah senyum, serta bertanggung jawab.
Tertarik untuk jadi PebisnisDari segi permodalan, seorang calon dapat memilih untuk menjadi perantara, pebisnis kecil, menengah atau besar. Ditinjau dari segi margin ( selisih harga jual dan harga beli ), ia dapat memilih untuk menjadi pengecer, grosir, atau pebisnis besar. Pengecer : margin besar, volume kecil.sebaliknya, pebisnis besar : margin kecil, tapi volume besar. Grosir di tengah tengah.Ditilik dari tempat berbisnis, ia dapat menjadi pebisnis di kios, warung, toko, atau bahkan punya kantor dan gudang. Jangkauan : lokal, daerah, nasional, internasional. Mata dagangan : terlalu banyak untuk disebut. Pilih saja jasa, jasa informasi, komunikasi, konstruksi, pariwisata, keuangan, dan sebagainya. Pilih produk abu gosok, baso, es teler, kondom, dot bayi, petromaks, sumpit, ikan tuna, anyam anyaman, keramik, komponen komputer dan sebagainya.
Prospek BisnisThe sky in the limit. Batasnya adalah langit. Maksudnya, batasnya tak kelihatan di cakrawala. Ini berarti bagus sekali tidak terhingga, atau sebaliknya, gagal total, hilang di angkasa luar, alias bangkrut. Oleh karena itu, kalau merasa tidak punya nyali, jangan coba coba mulai bisnis. Tetapi kalau nyali besar, akan cepat jadi kaya atau jadi melarat. Jadi pebisnis. Ini baru pilihan, ini baru karir.

Tidak ada komentar: