Senin, 26 Mei 2008

Siapakah Jodohku?


Sulit menentukan resep jitu untuk menemukan jodoh yang tepat, meski tulisan ini akan menyajikan kriteria pemilihan, tetap harus dipahami bahwa tidak ada manusia yang sempurna, dan masih terbuka kemungkin pemikiran lain.
Kriteria Menentukan Jodoh:

Anda berdua harus memiliki minat yang banyak
Mampu tertawa bersama
Saling memiliki ketertarikan fisik yang kuat
Sependapat/setuju tentang ambisi dan sasaran hidup pasangan
Sepakat soal agama Kehidupan yang menarik: (minat yang banyak)Carilah orang yang memiliki kehidupan yang wajar, memiliki energi/semangat, imajinasi, dan percaya diri. Dengan demikian penting juga bagi seseorang untuk memiliki hidup yang normal sebelum Ia memutuskan mencari pasangan hidup. Pernikahan bukan untuk menambah beban/kesulitan hidup, dan orang tidak menikah hanya sekedar untuk menghilangkan kejenuhan. Harus ada saling pengertian/toleransi dalam hal minat, diperlukan antusiasme dan minat yang tulus terhadap minat pasangan.

Tertawa BersamaTertawa bersama penting dalam membentuk perkawinan yang kaya dan bahagia. Sifat humor diperlukan dalam situasi-situasi sulit yang sering timbul dalam rumahtangga. Kemampuan untuk tertawa menyatakan toleransi. Hindari orang yang tidak bisa tertawa.
Ketertarikan fisik yang kuatKetertarikan fisik mutlak perlu. Kalau pasangan Anda tidak menunjukan ketertarikan fisik, lebih baik cari yang lain saja.
Dalam hal ketertarikan fisik pria cenderung lebih cepat dari wanita. Tanda-tanda ketertarikan bisa berupa lirikan disertai dengan senyuman khas atau memegang tangan... Kalau lebih dari itu.. yah harus berjaga-jaga sendiri.
Ambisi dan sasaran hidupIni vital, tidak terlalu penting calon pasangan Anda orang kaya atau bukan, yang lebih penting adalah apakah Ia mempunyai ambisi dan tujuan hidup yang jelas. Kalau calon Anda dari keluarga kaya sebaiknya dengarkan apa pendapatnya mengenai sasaran hidup yang ingin dicapai. Banyak rumahtangga kandas karena suami tidak memiliki ambisi untuk maju.
Kesepakatan Agama Apa arti agama bagi pasangan Anda?Apakah dia peduli tentang apa arti agama bagi Anda?.

Akhir kata, kapan harus menikah/tidak?:
Jangan menikah:
Karena Anda merasa kasihan kepada seseorang.
Karena ingin melarikan diri dari rumahtangga Anda yang tidak bahagia.
Karena Anda bosan.
Supaya Anda diperhatikan oleh pasangan Anda
Karena setiap orang toh menikah

Jikalau Anda takut tentang seks atau tidak suka seorangpun meraba Anda
Karena Anda hamil
Kalau Anda masih punya keraguan yang besar. Anda siap menikah:
Kalau Anda sudah bisa membuat keputusan
Ketika Anda sudah bisa menerima keputusan yang bertentangan dengan Anda
Ketika Anda sudah bisa mandiri
Ketika Anda sudah bekerja
Ketika Anda sudah bisa menabung
Ketika Anda menghendaki hidup bersama orang tertentu melebihi semua hal.
by keweng

Kerja Terus, Terus Kerja



Kerja terus dan terus kerja, kapan berhentinya? Suatu pertanyaan yang selalu terngiang ditelinga kita bukan? Ada orang bilang ia harus kerja sampai tua kalau tidak sia-sia hidupnya, sebaliknya ada yang bilang kalau kerja terus sampai tua juga sia-sia, kapan santainya?. Ada lagi orang yang bekerja pagi, siang, sore dan malam, dan istirahatnya kalau sudah jatuh sakit, dan ada yang lebih ekstrem lagi biarlah kerja terus dan terus kerja sampai mati, yang penting banyak uang masuk, jadi uang dicari terus, namun tidak pernah memakainya.
Kita juga sering mendengar orang mengatakan bahwa "Waktu adalah uang", namun Jack Collins dalam bukunya Work Smarter Not Harder tidak setuju dengan prinsip ini. Menurut beliau, pada kenyataannya justru "Kerja adalah sama dengan uang", bila anda berpendapat bahwa waktu adalah uang cobalah berhenti bekerja, dan periksalah berapa banyak uang yang datang dengan sendirinya. Dengan kata lain "kerja" itu sangat penting, sehingga tidak heran ada orang yang sampai setengah mati kerja hanya untuk sesuap nasi, itu tidak salah, ketimbang ia tidak mau kerja tetapi tetap perlu sesuap nasi.

Di dalam dunia yang penuh persaingan bisnis ini, masing-masing orang diperhadapkan dengan berbagai perlombaan, untuk menciptakan prestasi dan prestise yang paling tinggi. Semua orang ingin sukses, semua orang ingin berhasil, tidak ada yang bercita-cita untuk gagal, dan bukan hanya itu bila perlu apabila saya berhasil maka engkau yang harus gagal, sebab engkau akan menjadi saingan bila engkau juga berhasil. Zaman sekarang ini, kalau orang bekerja selama dua belas sampai lima belas jam sehari bukan merupakan barang aneh lagi. Sebaliknya hal ini malah telah menjadi seperti suatu "keharusan". Bahkan sisa pekerjaan dari kantor di bawa pulang ke rumah sebagai bahan lembur.

Istilah "Cukup" dan "Puas" seakan-akan tidak berlaku lagi. Jadi yang muncul dalam benak masing-masing orang yakni bersaing, bersaing, dan bersaing terus. Jika kita tidak mau kerjakan pekerjaan ini orang lain mau. Jika kita tidak terima pekerjaan itu, orang lain menerima. Jika kita minta harga yang lebih mahal, orang lain berani memberikan harga yang lebih murah! Jika kita berani terima pekerjaan itu dengan untung yang minimal, orang lain berani menerimanya dengan tidak untung sesenpun atau rugi, yang penting pekerjaan itu harus menjadi miliknya. Inilah hal-hal umum yang sedang terjadi di kalangan dunia bisnis. Mereka menganggap bahwa tujuan utama bekerja adalah mencari uang dan kekayaan, namun lain dengan konsep Alkitab, Allah mengajar kita bekerja untuk Allah.

Bekerja bagi Allah merupakan suatu kegiatan kita untuk memenuhi Amanat dan tujuan hidup Sorgawi. Bekerja merupakan suatu pelayanan sekaligus merupakan ibadah. Tuhan Yesus mengatakan "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah-lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan (Mat 11:28-30)". "Kelegaan" yang dilukiskan oleh Tuhan Yesus di sini adalah kelegaan atau ketenangan roh kita, suatu kelegaan atau kepercayaan kepada janji-janji dan persediaan Allah untuk berbagai kebutuhan kita yang paling dalam, paling pribadi, dan paling didambakan . Ini berarti bahwa waktu bersenang dan bersantai, kebebasan dari bekerja; sesungguhnya dimulai di pekerjaan. Semua ini akan terjadi tatkala kita berhenti mengandalkan pekerjaan kita dan mulai mempercayakan Tuhan Yesus untuk menyediakan berbagai kebutuhan kita.

Sebuah kisah yang benar-benar terjadi, pada suatu hari di penghujung tahun 1969, di dalam sebuah perpustakaan penelitian dari Universitas California di Berkeley, seorang pemuda tiba-tiba mengamuk. Ia masuk perpustakaan sambil berteriak histeris kepada rekan-rekan mahasiswa yang terheran-heran, ":STOP!,STOP! Anda sudah mulai mendahului saya!" Pemuda ini kemudian ditangkap, tetapi kejahatan apakah sebenarnya yang telah dilakukannya? Tidak ada. Ia hanya stress!! "Orang lain sudah mulai mendahului saya" katanya.

Sementara anda mulai bekerja, orang lain berolah-raga, mereka telah mendahului anda. Sementara orang lain dipromosikan naik pangkat, mereka telah mendahului anda. Sementara orang lain membaca buku yang anda belum baca, orang itu telah mendahului anda. Sementara tetangga baru membeli mobil mewah, orang itu telah mendahului anda.

Sementara banyak sementara yang orang lain telah mendahului anda.
Jadi tidak pernah ada rasa puas dan ini cenderung menjadikan pekerjaan kita sebagai berhala. Kita begitu diikat, seakan-akan kalau tanggal merah saya tutup toko, orang lain sudah mendahului anda. Berapa banyak orang yang terjebak dalam kasus ini? Apalagi kalau hari minggu tutup toko, langganan semuanya bisa lari, lalu anda tetap membuka toko sehingga tidak ada waktu datang ke gereja. Kita sering mendengar ada orang dengan bangga bercerita kepada temannya, bahwa sudah bertahun-tahun ia tidak pernah mengambil cuti. Atau mereka begitu sibuk sehingga waktu untuk istirahat sehari sajapun tidak ada. Lalu teman-temannya mulai mumuji dia, wah hebat; ini dia yang paling giat. Sementara yang lain menasihati dia, kerja tidak usah dipaksa, ia merasa ini suatu kebanggaan. Sebab ia bisa bekerja "mati-matian".

Saya bersyukur sebagai hamba Tuhan di gereja sudah disediakan waktu sebulan untuk cuti, dan tahun ini setiap hamba Tuhan di gereja diharuskan mengambil cuti tersebut. Namun sayang, bagi saya cuti itu berarti menghabiskan dana, mungkin suatu saat gereja juga memikirkan kompensi cuti buat hamba Tuhannya. Saya mengajak kita mengubah konsep bahwa cuti jangan diartikan dengan malas bekerja. Tetapi istirahat untuk memperbaharui semangat.

Memang, dalam waktu yang singkat sumber utama identitas orang Kristen adalah dilihat dari pekerjaannya. Biasanya sesudah kita berkenalan dengan seseorang dengan menyebut nama, kita biasanya menjelaskan apa pekerjaan kita. Baru-baru ini saya sempat berkenalan dengan tetangga yang ada di seberang rumah (kebetulan masih kampung), lalu saya tanya "Mas, apa kerja anda? dengan malu dan suara yang agak kecil hampir tidak kedengaran oleh telinga ia menjawab "Cleaning service di sebuah klinik". Ia agak sungkan menyebut pekerjaannya, coba bandingkan dengan orang yang mempunyai jabatan yang tinggi misalnya direktur atau pimpinan perusahaan, biasanya dengan bangga dan suara yang agak keras ia menyebutkan pekerjaannya.

Selain itu ada semboyan yang berbunyi "Kita belum melayani Tuhan benar-benar bila kita tidak berjuang mati-matian." Dengan letih tetapi bangga kita cenderung untuk berjuang habis-habisan daripada diam berkarat. Padahal menurut saya kedua-duanya sama tak masuk akal. Kerja bagi orang percaya identik dengan pelayanan. Masalahnya adalah bagaimana konsep kita terhadap pekerjaan itu? Apa tujuan utama kita bekerja? Menjadi kayakah atau ada yang lain?
Saya pikir orang kristen harus mempunyai konsep yang benar dahulu tentang pekerjaan itu, bukan sekadar untuk mencari kekayaan. Berbahaya sekali apabila kita mempunyai konsep yang keliru ini, kita boleh menghalalkan segala pekerjaan, yang penting kaya. Namun kalau tujuannya merupakan pelayanan itu lain soal, itu berarti segala pekerjaan yang kita lakukan haruslah yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

Menurut Markus 6:30-34, Yesus dengan sengaja mencari kelegaan sesudah letih melayani orang lain. Ia juga menganjurkan kepada murid-murid-Nya melakukan hal yang sama. Kehidupan Yesus sungguh seimbang, Ia melaksanakan semua tugas yang dipercayakan Allah Bapa kepada-Nya dengan sempurna. Bila begini cara Yesus hidup, maka dengan sendirinya kita perlu teladani. Seandainya hari ini anda sudah terlanjur membentuk kebiasaan bekerja yang kelewat batas tanpa istirahat, maka mungkin akan "sangat sulit" bagi anda untuk merubahnya. Tetapi, ingatlah bahwa "sangat sulit" bukan berarti tidak bisa atau mustahil!! Tetapi "sangat sulit" itu berarti bisa berubah, asalkan kita mau mencobanya.

Ada dua cara untuk memanfaatkan waktu yang senggang tatkala kita sudah berlelah kerja selama ini :
Berhentilah menjejali pikiran dengan seluk-beluk kehidupan yang tiada habis-habisnya ini, soalnya memang tidak pernah habis.Juruselamat kita Yesus Kristus dengan tegas mengatakan bahwa kita tidak dapat melayani Allah dan manusia pada saat yang sama. Tetapi betapa kerasnya kita berusaha untuk mengatasi ini! Perkataan Tuhan Yesus di dalam Matius 6 dapat kita simpulkan menjadi : "Jangan memaksa diri melakukan apa yang hanya dapat ditangani oleh Allah." Setiap pagi anda harus dengan sengaja memutuskan untuk tidak membiarkan rasa kuatir, rasa takut, rasa cemas, rasa was-was yang senantiasa menyita waktu anda dan merampas saat santai anda. Buang semua itu, untuk memulai pelayanan kita hari ini. Sebagai orang Kristen tentunya kita membuka setiap hari dengan saat teduh dan membaca Alkitab, sehingga sejak pagi hari saja kita mengisi diri kita dengan firman Tuhan.

Mulailah mengambil waktu untuk bersantai, karena waktu yang disediakan saat senggang adalah untuk santai.Sesudah menciptakan dunia, Allah beristirahat, nah kita sekarang diperintahkan untuk meniru-Nya. Lihat Efesus 5:1 "Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih" Bahasa Yunani dari "Jadilah penurut-penurut" diterjemahkan dari "mimeomai", melalui kata ini nantinya muncul istilah "Mimik atau meniru". Kata jadilah "penurut-penurut ini muncul dalam bentuk "terus-menerus" dan memberi kesan kebiasaan tetap atau artinya selama-lamanya harus menurut. Jadi kesimpulannya kita harus menjadi penurut-penurut Allah secara terus-menerus; termasuk di dalam mengambil waktu senggang ini,agar supaya istirahat bisa hadir di dalam kehidupan kita. Tempatkanlah Yesus Kristus di pusat kehidupan kita, Ia harus berada di tempat yang seharusnya sebelum kita dapat mengharapkan dunia kita berputar mulus.

Pada suatu malam seorang bapak yang kecapaian setelah membanting tulang seharian berjalan terseok-seok ke rumahnya. Ia baru melewatkan hari yang penuh dengan tekanan, desakan dan tuntutan di tempat kerjanya. Ia sangat mendambakan saat rileks dan penuh ketenangan. Dengan letih ia mengambil surat kabar dan berjalan menuju kamar belajar. Baru saja ia membuka sepatu, tiba-tiba anak lelakinya yang baru berusia lima tahun melompat ke atas pangkuannya. Wajahnya berbinar-binar dengan riang. "Hai, Pa.............yuk kita main!"

Bapak ini sangat mengasihi anaknya, tetapi kebutuhan akan sedikit waktu untuk diri sendiri saat itu lebih besar daripada untuk bermain dengan si kecil. Tetapi bagaimana caranya mengatur hal ini? Ketika itu surat kabar sedang memuat berita hangat mengenai satelit bulan dan gambar yang besar planet bumi. Sang ayah mendapat ide lalu menyuruh anaknya mengambil gunting dan transparent tape. Dengan cepat digunting-guntingnya gambar bumi tadi dalam bentuk yang tidak beraturan lalu memberikan tumpukan teka-teki gambar itu kepada sang anak. "Coba kau sambung-sambung kembali potongan ini. Setelah selesai kamu boleh kembali, lalu kita bermain bersama-sama, Okey"

Dengan segera anak itu berlari ke kamarnya sementara si ayah menarik nafas lega. Tetapi kurang dari sepuluh menit kemudian si anak sudah muncul membawa gambar yang sudah selesai direkat dengan sempurna. Dengan terheran-heran ayahnya bertanya: Bagaimana caranya kau melakukannya dengan begitu cepat nak?" "Ah gampang ayah, di balik gambar ini kan ada gambar orang. Bila orang itu dipersatukan, bumi juga akan bersatu."

Demikianlah halnya hidup ini bila kita menempatkan manusia dengan benar, akan terjadi hal-hal yang mengherankan dengan dunia kita ini; terutama dengan diri kita sendiri. Saya menjamin bahwa pada analisa akhir atas hidup anda yaitu pada saat anda berhenti dan menoleh pada cara anda menghabiskan waktu, maka penggunaan waktu senggang akan jauh lebih penting daripada untuk membanting tulang. Jangan menunggu sampai penyakit sudah datang, baru menikmati hidup ini. Jangan tunggu sampai sudah tinggal sisa hidup kita baru sungguh-sungguh menikmati waktu senggang. Saya hendak mengutip apa yang dikatakan salah seorang pendeta di Surabaya. Beliau mengatakan sewaktu muda orang-orang bekerja mati-matian menjual tenaga (kesehatan), lalu setelah uangnya banyak, masa tuanya penuh penyakit, dan saat itulah orang berusaha mati-matian untuk membeli lagi kesehatan. Jadi sepertinya sia-sia bukan?

Orang Kristen yang bertanggung jawab untuk bekerja, tentunya juga ia akan memilih pekerjaan yang baik dihadapan Tuhan dan manusia. Kekristenan tidak mengajar kita menjadi penganggur, sebab Allah kita bukan "penganggur", tetapi Allah kita justru Allah yang bekerja sepanjang sejarah dengan karya ciptaan-Nya sungguh ajaib. Kerja bukan dosa, asalkan kita mengerjakan segala sesuatu yang berkenan dihadapan Allah. Jikalau pandangan kita semua tentang pekerjaan sudah mengarah ke arah pelayanan bagi Tuhan, maka apapun profesi atau kerja kita asalkan tidak bertentangan dengan Tuhan; maka lakukanlah dengan penuh tanggung-jawab, dengan demikian tidak ada yang merasa malu dengan pekerjaannya; sebab semuanya ditujukan untuk kemuliaan nama Tuhan, bukan untuk diri sendiri lagi.
Memang di dalam dunia realita ini orang-orang bekerja sesuai dengan tingkat pendidikan yang ada, tidak mungkin orang yang buta huruf lalu bekerja sebagai manager atau direktur, kecuali perusahaannya itu warisan orang tua. Saya tidak mengatakan orang yang buta huruf atau yang miskin akan gagal terus, tetapi asalkan ia rajin dan giat; banyak sekali contoh konkret yang sudah sering kita lihat; mereka yang seperti ini tidak sedikit yang akhirnya menjadi konglomerat.

Prinsip utamanya sebagai orang kristen tentunya "kerja dengan penuh takut kepada Tuhan". Kerja itu penting; namun istirahat itu juga penting. Marilah kita ambil jalan tengah yakni mementingkan kedua-duanya, dengan demikian maka tidak ada alasan lagi bahwa pekerjaan kita menghalangi kita melayani Tuhan. Saya mengerti sekali bagi anda yang hidup di Amerika ini, rasanya setiap hari itu penuh dengan pekerjaan. Yang di computer, hari-hari penuh dnegan projek dan deadline. Suami �isteri harus kerja, apalagi ada beban membayar uang cicilan rumah, semakin tertekan untuk bekerja mati-matian. Saya juga mengerti kalau anda ada yang bekerja harus berdiri selama 8 jam, kalau masih kuat tambah lagi pekerjaan lain yang 8 jam lagi, jadi di dalam satu hari anda berjuang 16 jam. Kemudian sesudah pulang ke rumah harus lagi mengurus pekerjaan yang di rumah, dari mulai bersih-bersih rumah sampai cuci pakaian, belum lagi mengurus anak-anak. Saya tidak tahu anda istirahatnya berapa lama?
Nah kalau hal ini berjalan terus-menerus, timbul pertanyaan pula, uang yang anda cari itu untuk apa? Untuk membayar dokter pada waktu anda sakit? Sekali lagi, kerja itu penting, kesehatan itu juga penting, mari jaga keseimbangannya.

Empat Jenis Obat untuk Orang Beriman yang Sedang Sakit


Seorang anak muda. Ia telah berusaha memberikan dasar yang kokoh bagi keluarganya. Namun ia menemukan kekosongan di dasar sanubarinya. Ia dilanda kecemasan dan kehilangan arah hidup. Semakin hari situasinya semakin parah. Ia memutuskan untuk pergi ke dokter sebelum menjadi amat terlambat.

Setelah mendengarkan keluhannya, dokter memberikan empat bungkus obat sambil berpesan; "Besok pagi sebelum jam sembilan pagi engkau harus menuju pantai seorang diri sambil membawa ke empat bungkus obat ini. Jangan membawa buku atau majalah. Juga jangan membawa radio atau tape. Di pantai nanti anda membuka bungkusan obat sesuai dengan waktu yang tercatat pada bungkusannya, yakni pada jam sembilan, jam dua belas, jam tiga dan jam lima. Dengan mengikuti resep yang ada di dalamnya aku yakin penyakitmu akan sembuh."

Orang tersebut berada di antara percaya dan ragu akan resep yang diberikan dokter. Namun demikian pada hari berikutnya ia pergi juga ke pantai. Begitu tiba di pesisir pantai di pagi hari, sementara matahari pagi mulai muncul di ufuk timur dan laut biru memantulkan kembali sinarnya yang merah keemasan itu, sambil deru ombak datang silih berganti, hatinya dipenuhi kegembiraan yang amat dalam.
Tepat jam sembilan, ia membuka bungkusan obat yang pertama. Tapi tak ia dapati obat didalamnya, cuma secarik kertas dengan tulisan: "Dengarlah". Aneh bin ajaib, orang tersebut patuh pada apa yang diperintahkan. Ia lalu duduk tenang mendengarkan desiran angin pantai serta deburan gelombang yang memecah bibir pantai. Ia bahkan secra perlahan-lahan mampu mendengarkan setiap detak jantungnya sendiri yang menyatu dengan melodi musik alam di pantai itu. Telah begitu lama ia tak pernah duduk dan menjadi sungguh tenang seperti hari ini. Ia terlampau sibuk dengan usahanya. Saat ini ia merasa seakan-akan jiwanya dibasuh bersih.

Jam dua belas tepat. Ia membuka bungkusan obat yang kedua. Tentu seperti halnya bungkusan yang pertama, tak ada obat yang didapati kecuali selembar kertas bertulis; "Mengingat". Ia beralih dari mendengarkan musik pantai yang indah dan nyaman itu dan perlahan-lahan mengingat setiap jejak langkahnya sendiri sejak kanak-kanak. Ia mengingat masa-masa sekolahnya dulu, mengingat kedua orang tuanya yang senantiasa memancarkan kasih di wajah mereka. Ia juga mengingat semua teman yang ia cintai dan tentu juga mencintainya. Ia merasakan ada segumpal kekuatan dan kehangatan hidup memancar dari dasar bathinnya.

Ketika ia membuka bungkusan ketiga saat waktu menunjukan jam tiga tepat, ia menemukan secarik kertas dengan tulisan: "Menimbang dan menilai motivasi". Ia memejamkam mata, memusatkan perhatiannya untuk menilai kembali niat pertama ketika ia membangun usahanya. Saat itu yang menjadi inspirasi utama ia membuka usahanya adalah secara gigih bekerja untuk melayani kebutuhan sesamanya. Namun ketika usahanya kini telah memperoleh bentuknya, ia lupa hal ini dan hanya berpikir tentang keuntungan yang bakal diperoleh. Keuntungan kini menjadi penguasa dirinya, ia telah berubah menjadi manusia yang egoistis, serta lupa memperhatikan nasib orang lain. Ia kini seakan telah mampu melihat akar penyakitnya sendiri, ia menemukan alasan yang senantiasa membuatnya cemas.

Ketika matahari telah hilang dan bentangan laut berubah merah, ia membuka bungkusan obatnya yang terakhir. Di sana tertulis: "Tulislah segala kecemasanmu di bibir pantai". Ia menuju bibir pantai, lalu menuliskan kata "Cemas". Ombak datang serentak dan menghapus apa yang baru dituliskannya. Bibir pantai seakan disapu bersih, kata "Cemas" yang baru ditulisnya hilang ditelan ombak.

Siapakah tokoh utama dalam kisah di atas tersebut?. Mungkin saya, mungkin pula anda. Pernahkah saya secara tulus mendengarkan bahasa bathin sendiri? Atau pernahkah saya mengingat segala yang manis maupun pahit yang terjadi di masa silam namun telah membentuk siapa saya saat ini? Apa yang menjadi motivasi utama hidup saya hari ini dan besok, dan apa kecemasan saya?

Akibat Dosa dalam Berpacaran


Persetubuhan pertama yang disertai dengan perasaan berdosa ini biasanya sangat mengecewakan. Mungkin mereka melakukannya dengan tidak bebas, takut dilihat orang, dan disertai dengan rasa bersalah. Semestinya hubungan seks itu dilakukan dengan santai untuk dinikmati, karena seks adalah ciptaan Allah yang harus dilakukan dengan kesucian dan kemurnian hati.Ada 2 akibat dari dosa tersebut, yaitu:

Akibat Langsung bagi si Gadis
Peristiwa pertama disertai dengan rasa sakit, bukan hanya takut, cemas, atau rasa berdosa. Bagi seorang istri yang ingin sungguh-sungguh menikmati seks, biasanya ada waktu untuk penyesuaian. Si Gadis yang kini sudah tidak perawan lagi itu pulang dengan rasa takut, cemas, mungkin menangis dan mulai membenci pacarnya. Sebelumnya, pacarnya dianggap sebagai pria idamannya, namun sekarang semua telah berubah. Gambaran di atas menggambarkan perubahan perasaannya. Sebelum dosa persetubuhan dilakukan, ia sangat mencintai pacarnya - meskipun sebagian besar dengan cinta eros. Setelah perbuatan dosa itu, cintanya berkurang - bahkan mulai membenci - atau menjadi lebih banyak bencinya daripada cinta yang semula.

Apa yang digambarkan di novel-novel murahan dan tidak realistis itu justru 2menceritakan cintanya pada pacarnya akan menjadi menggebu-gebu. Perubahan ini juga bisa dialami oleh pria. Alkitab sebagai buku yang realistis menggambarkan hal ini juga (tidak berarti si Pria meninggalkan si Gadis karena muak dan benci, karena hal itu mutlak akan terjadi). Ada di dalam kitab 2 Samuel 13:1-17.

Akibat Jangka Panjang
Ada dua kemungkinan kelanjutan dari perbuatan dosa itu, yaitu:
Hubungan mereka putus.Karena kehilangan penghargaan dan timbul kebencian terhadap pacar, kemungkinan hubungan mereka akan putus. Kemungkinan ini lebih besar lagi apabila mereka masih remaja. Lalu, jika hubungan itu putus, siapa yang akan rugi besar? Tentunya si Gadis. Dan si Pria merasa untung, pergi tertawa dan bersiul-siul mencari teman baru. Kalaupun ia menyesal dan tidak tertawa-tawa, tidak ada 'bekas' padanya secara fisik yang merugikan hubungannya dengan teman wanitanya yang lain.

Hubungan yang dilanjutkan sampai menikah.
Perbuatan dosa pada masa lalu ini akan sangat merugikan si Gadis dan hubungannya dengan pria lain di masa nanti. Maka timbullah pertanyaan, "Apakah ia harus memberitahu kepada calon suaminya?" Memang pada abad ke-20 ini, pria-pria kita masih mengikuti standar ganda masyarakat. Harga diri pria memang rapuh, mudah retak. Ia perlu yang terbaik. Pikirannya kelak akan dihantui bahwa istrinya 'bekas' orang lain. Memang agak kekanak-kanakkan, tapi banyak pria yang tidak dapat melupakan hal itu.

Sungguh-sungguh memerlukan seorang yang benar-benar dewasa kepribadiannya untuk 2mengatasi shock dan kecewanya. Perlu juga pria yang rela mengampuni dan dapat melupakan masa lalu tunangannya. Jika sang Pria, tidak dengan kedewasaan Kristus, menerima si gadis 'bekas' namun tetap memaksakan diri untuk menikahinya (enta8h karena ia cantik, kaya, penting untuk karirnya, atau gengsi - 'Bukankah saya orang Kristen, jadi harus menerimanya?'), akibatnya akan tampak setelah mereka menikah. Ia tidak akan menghargai dan memiliki respek terhadap istrinya. Ia akan menggunakan masa lampau istrinya sebagai senjata untuk 'mengalahkan' istrinya.

Lebih baik tidak usah menikah, daripada menikah tapi tidak dihargai. Pernikahan seperti ini kemungkinan besar akan diracuni oleh perbuatan dosa masa lalu itu. Akibatnya mereka tidak saling mempercayai secara penuh dan ada rasa cemburu. Apabila mereka bertengkar, dosa masa lampau itu juga akan mewarnai dan mempertajam perselisihan itu.
Dalam situasi pernikahan yang parah seperti ini, mereka sangat memerlukan konseling yang dalam.
Mereka patut meminta ampun untuk dosa-dosa mereka kepada ALLAH dan pada partnernya. Mereka perlu saling mengampuni, melupakan dosa itu dan menerimanya partnernya sebagaimana adanya. Mereka membutuhkan kasih Ilahi yang dewasa. Tentunya tidak semua pernikahan yang dimulai dengan dosa persetubuhan sebelum menikah berakhir seperti ini, tapi sangat lebih baik mencegah hal-hal tersebut di atas, supaya muda-mudi itu memasuki pernikahan dengan hati yang cerah dan kasih yang tidak dicemari ketidakpercayaan dan perasaan suci.

7 Kiat Bekerja Menurut Amsal Salomo

1. Andalkan Tuhan
Amsal 3:5-6 berkata, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu". Sertakan Tuhan di dalam segenap pekerjaanmu karena banyak yang harus kita kerjakan tetapi tidak diajarkan di bangku sekolah dan banyak yang terjadi yang tidak pernah kita duga sebelumnya.

2. Carilah Pengetahuan Ilmu pengetahuan
Cara bekerja yang benar & efisien perlu kita cari. Amsal 19:2 berkata, "Tanpa pengetahuan, keraji! nan pun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah". Jangan sungkan belajar dan meminta petunjuk jika tidak mengerti. Amsal 19:20 berkata, "Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan".

3. Rajin dan Cekatan
Hanya orang rajin dan cekatan yang akan diingat oleh pimpinannya, terutama waktu menetapkan promosi jabatan & kenaikan gaji. Amsal 10:4 berkata, "Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya". Dan Amsal 14:23 berkata, "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan, tetapi kata-kata belaka mendatangkan kekurangan saja."

4. Berlakulah Jujur dan Benar
Amsal 16:8 berkata, "Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, daripada penghasilan banyak tanpa keadilan". Dan Amsal 10:9 ! berkata, "Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui ". Renungkan juga Amsal 10:16, "Upah pekerjaan orang benar membawa kepada kehidupan, penghasilan orang fasik membawa kepada dosa."
5. Jaga Mulut
Mengerjakan tugas-tugas adalah suatu pekerjaan yang berat, jangan ditambahi lagi dengan masalah lain karena mulut kita yang bocor. Amsal 21:23 berkata, "Siapa yang memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri daripada kesukaran". Dan Amsal 10:19 berkata, "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal bud2i."

6. Sabar dan Tenang
Amsal 16:32 berkata, "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang merebut kota". Dan Amsal 14:30 menambahkan, "Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang."
7. Jangan Ingin Cepat Kaya
Menjadi kaya adalah impian kebanyakan orang dan sah-sah saja. Yang harus diperhatikan adalah : Menjadi kaya, bukanlah tujuan utama di dalam hidup ini. Ingin cepat kaya seringkali menjebak orang-orang ke dalam perbuatan yang berdosa. Menikmati hidup lebih penting dari menjadi kaya tetapi mempunyai banyak masalah. Renungkanlah Amsal 10:22, "Berkat Tuhan-lah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya," dan Amsal 13:11, Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya."
by keweng
6 Pilar Penyangga Perkawinan

Di masa pacaran, boleh jadi cinta memang sejuta rasanya. Namun ketika memasuki perkawinan, modal cinta saja tak cukup untuk mempertahankan kelangsungan sebuah keluarga. Dalam mencari pasangan hidup, budaya Jawa mengenal sejumlah kriteria yang dikenal dengan istilah bobot, bibit, bebet. Namun pada kenyataannya, banyak orang beranggapan salah satunya saja sudah cukup memenuhi kriteria pasangan hidup. "Cari pasangan ya lihat pribadinya dong! Punya mobil pribadi, rumah pribadi, dan kalau perlu vila pribadi!" ujar seorang perempuan tanpa maksud bergurau. "Kalau menurut saya sih, yang penting harus punya tanggung jawab," sela seorang teman bicaranya. "Yang paling penting ya cinta dong!" yang lain menyergah tak kalah semangat.

Sebetulnya apa saja sih pilar penyangga yang kokoh bagi kelanggengan sebuah perkawinan? Benarkah cinta bisa diandalkan? Sepenuhnya ditentukan oleh kelimpahan materi? Bagaimana soal komitmen dan tanggung jawab? Seberapa penting aspek kepribadian kedua belah pihak? Bagaimana dengan hal-hal lain, bisakah diabaikan?

"Proses menimbang-nimbang memang seharusnya sudah dimulai sebelum suami-istri memasuki gerbang pernikahan," kata Titi P. Natalia, M.Psi. Meski ia tak menyangkal banyak pasangan yang tidak "sempat" melewati proses seleksi. Meminjam istilah anak zaman sekarang, ada tahapan yang mesti dilalui, yakni koleksi, seleksi, baru resepsi. Akan tetapi Titi mengingatkan agar kita tidak perlu lagi menoleh ke belakang hanya untuk mempertanyakan apakah tahapan-tahapan tersebut sudah dilalui atau belum. "Sebaiknya lihat saja ke depan. Komitmen dan kesungguhan suami istrilah yang paling dibutuhkan begitu janur kuning sudah dipasang melengkung," tandasnya.

6 Pilar Yang Dibutuhkan

Pilar-pilar yang dibutuhkan demi kokohnya sebuah pernikahan memang tidak sedikit.Berikut di antaranya:

Latar belakang keluarga Tak bisa dipungkirilatar belakang keluarga kedua belah pihak pastilah memegang peran penting. Yang termasuk di sini antara lain suku, bangsa, ras, agama, sosial, kondisi ekonomi, pola hidup dan sebagainya. Namun bukan berarti pasangan dengan latar belakang yang sangat berbeda dan bertolak belakang tidak mungkin bersatu. Hanya saja mereka mesti lebih siap dituntut berupaya lebih keras dalam proses penyesuaian diri.

Kesetaraan
Kesetaraan akan mempermudah suami istri dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Adanya kesetaraan dalam banyak hal dapat meminimalkan friksi yang mungkin timbul. Kesetaraan ini antara lain meliputi kesetaraan pendidikan, pola pikir dan keimanan.

Karakteristik individu
Setiap individu memiliki karakteristik yang unik dan ini menjadi salah satu pilar yang menentukan langgeng tidaknya sebuah rumah tangga. Individu dengan karakter sulit yang bertemu dengan individu yang juga berkarakter sulit, tentu lebih berat dalam mempertahankan pernikahannya. Sebaliknya, yang berkarakter sulit bila bertemu dengan pasangan yang berkarakter mudah, tentu proses penyesuaian yang harus dijalaninya bakal lebih mulus.

Cintah
Jangan anggap sepele kata yang satu ini. Walaupun tidak berwujud, cinta dapat dirasakan. Pernikahan tanpa cinta bisa dibilang ibarat sayur tanpa garam, serba hambar dan dingin. Cinta yang dimaksud adalah cinta yang mencakup makna melindungi, memiliki tanggung jawab, memberi rasa aman pada pasangan dan sebagainya.
Ada yang bilang, setelah sekian tahun menikah cinta biasanya akan hilang dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu. Sementara yang tersisa tinggal tanggung jawab. Benarkah? "Tidak harus seperti itu karena cinta bisa dipupuk supaya terus subur. Apalagi menjalani tanggung jawab akan terasa lebih ringan kalau ada cinta di dalamnya," ujar Titi. Meski tentu saja, mempertahankan rumah tangga tidak cukup bermodalkan cinta semata!

Kematangan dan motivasi
Kematangan suami/istri memang ditentukan oleh faktor usia ketika menikah. Mereka yang menikah terlalu muda secara psikologis belum matang dan ini akan berpengaruh pada motivasinya dalam mempertahankan biduk rumah tangga. Namun usia tidak identik dengan kematangan seseorang karena bisa saja orang yang sudah cukup umur tetap kurang memperlihatkan kematangan.

Partnership
Pilar rumah tangga berikutnya adalah partnership alias semangat bekerja sama di antara suami dan istri. Tanpa adanya partnership, umumnya rumah tangga mudah goyah. Selain itu perlu "persahabatan" yang bisa dirasakan keduanya. Coba bayangkan, alangkah nikmatnya bila masalah apa pun yang menghadang senantiasa dihadapi bersama dengan seorang sahabat.

Bila Terjadi Kepincangan

Idealnya, ucap Titi, semua pilar tersebut sama-sama ikut menyangga bangunan rumah tangga agar segala sesuatunya menjadi lebih kokoh dan kuat. Namun dalam realitas sering terdapat kepincangan di sana-sini, entah dalam hal motivasi, kesetaraan dan sebagainya. Kalau hal seperti ini yang terjadi, apa yang harus dilakukan?

"Semua terpulang pada tujuan pernikahan itu sendiri. Kalau memang tujuan mereka jelas dan motivasi suami maupun istri kuat, tentu akan ada �usaha� dari kedua belah pihak untuk menyelaraskan semuanya," jawab psikolog yang antara lain berpraktik di Empati Development Center. Keduanya akan bersedia menerima pasangannya, apa pun adanya. "Tapi ingat, menerima di sini bukan berarti pasrah begitu saja lo, melainkan harus ada penyesuaian di sana-sini yang bisa diterima bersama."

Mengarungi biduk perkawinan tanpa masalah memang mustahil karena friksi-friksi sangat mungkin muncul kapan saja dan mencakup aspek apa saja. "Namun sekali lagi kembali pada usaha suami dan istri untuk mempersepsikan perbedaan yang ada. Apakah perbedaan itu akan dibesar-besarkan atau dicarikan jalan keluarnya."

Saat menentukan pilihan mungkin saja calon suami/istri adalah yang terbaik. Namun dalam perjalanan hidup perkawinan mereka, di mata istri atau suami, ternyata pasangannya bukan lagi yang terbaik. Lo, kok bisa begitu? "Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang dinamis. Selalu saja ada perubahan. Oleh karena itulah dibutuhkan kesadaran kedua belah pihak untuk terus-menerus menyesuaikan diri."
Singkatnya, walaupun semua pilar yang disebutkan itu ada dalam rumah tangga, tidak ada jaminan bahwa pernikahan ini akan mulus tanpa batu sandungan.
Namun setidaknya dengan adanya pilar-pilar kokoh tadi, suami dan istri akan dipermudah dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
by Keweng
6 Kiat Sukses versi Salomo

Andalkan Tuhan dalam segala hal"Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan jangan bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." (Amsal 3:5-6)Sertakanlah Tuhan di dalam segala hal khususnya di dalam usaha dan pekerjaan kita untuk meraih kesuksesan. Ada banyak hal yang tidak kita dapat di bangku sekolah, tetapi bila kita mampu mengerjakannya dengan baik, akan ada sukacita tersendiri yang memenuhi hati kita.

Jangan Pernah Berhenti Belajar
"Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah." (Amsal 19:2)"Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan." (Amsal 19:20)Cara bekerja yang benar dan efisien perlu menjadi bagian di dalam kehidupan kita. Jangan pernah malu untuk belajar, meminta petunjuk dan menggali pengalaman dan pengetahuan yang belum Anda ketahui.

Rajin dan Selalu Giat
"Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya." (Amsal 10:4)"Dalam tiap jerih payah ada keuntungan, tetapi kata-kata belaka mendatangkan kekurangan saja." (Amsal 14:23)Orang yang rajin dan giat akan selalu diingat oleh pemimpinnya, terutama ketika sang pemimpin mau menetapkan promosi jabatan dan kenaikan gaji.

Berlaku Jujur dan Benar
"Lebih baik penghasilan sedikit disertai dengan kebenaran, daripada penghasilan banyak tanpa keadian." (Amsal 16:8)"Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui." (Amsal 10:9)"Upah pekerjaan orang benar membawa kepada kehidupan, penghasilan orang fasik membawa kepada dosa." (Amsal 10:16)Renungkanlah ayat-ayat ini sekali lagi dan temukanlah di mana Anda berada?

Sabar dan Tenang
"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32)"Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukan tulang." (Amsal 14:30)Jelas sekali perkataan penulis Amsal ini, pujian untuk orang yang sabar memang sulit dikatakan dan hati yang sabar sangat berguna bagi hidup seseorang.

Jaga Mulut
"Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri daripada kesukaran." (Amsal 21:23)"Di dalam banyak bicara pasti ada banyak pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi." (Amsal 10:19).
By keweng